*Menumbuhkan Fitrah Keimanan*
_Narasumber : Ustadz Adriano Rusfi_
Berbagai permasalahan dalam pengasuhan :
❕Mengedepankan takut daripada cinta
❕Kurang berani untuk tega pada anak
Apabila cinta kepada Allah lebih besar daripada cinta kepada anak, maka orangtua akan menjadi raja tega, sebagai bentuk tawakal kpd Allah SWT. Siapa yg lebih jago menjaga anak kita? Penciptanya atau ortunya? Tentunya setelah kita berikhtiar (membekali anak kita) dan berdoa, serahkan semuanya kpd Allah SWT.
Pendidikan iman lebih dahulu daripada pendidikan syariah. Pendidikan iman bisa dimulai dari dalam kandungan sedangkan pendidikan syariah dimulai dari usia 7 tahun. Pendidikan iman lebih mudah dari sedini mungkin, anak di bawah 7 tahun masih berfikir fantasi/abstrak shg lebih mudah menerima penjelasan hal2 yg ghaib, sedangkan anak di atas 7 tahun sudah berfikir konkrit logika, sehingga ada argumentasi dlm menjelaskan sesuatu.
Mengukur syariah memang tampak lebih mudah, dgn melihat pelaksanaan ibadah. Bagaimana mengukur iman? Dlm AlQuran dijelaskan, yaitu orang-orang yang bila dibacakan nama Allah bergetar hatinya. Iman tidak bisa diukur secara empirik. Didiklah anak-anak kita menjadi seorang pemimpi-pemimpi surga.
Bilal ra "hanyalah" seorang mu'adzdzin, tapi ia adalah penghuni surga. Yang pasti, kualitas surga Bilal ra tak mungkin kalah daripada surga AlFatih.
Seorang shahabat ra dijamin surganya oleh Rasulullah SAW, "hanya" karena dadanya bersih dari buruk sangka.
Mungkin kelak ada anak kita yang "hanya" menjadi pemberi minum hewan yang kehausan. Tapi itulah jalan surganya.
Maka, biarlah anak-anak kita menjadi Bilal, Ammar, Mus'ab, AlFatih, Asy-Syafi'i dsb, jika itu berakhir di surga
*Mengapa mengedepankan cinta daripada takut* :
π Karena cinta adalah keimanan tertinggi
π Karena cinta akan membuahkan cinta
π Karena cinta akan melahirkan harap-harap takut
*Kenapa gagal mencintai* :
π Menggegas ketaatan anak (dengan menakuti)
π Gagal paham nama-nama Allah (Asmaul Husna ada 99, yang semuanya terangkum dlm Arrahman Arrahiim)
π Gagal paham iradatullah (kehendak Allah)
π Sistematika yang dibolak balik
π Tata Krama mendahului aksi. Beramal dulu baru bicara fadhilah amal
π Pengagungan mendahului pendekatan
*Membangun mahabbatullah* :
π± Menjadi ayah bunda yang bersyukur
π± Menanamkan terutama dua nama Allah Arrahman Arrahiim
π± Ayah bunda menjadi teladan
π± Berbaik sangka dan optimis pada Allah SWT
π± Permudah jangan persulit
π± Kasih khabar gembira, jangan ketakutan
π± Segalanya boleh, kecuali yg dilarang (agama).
Kebaikan akan menyingkirkan keburukan. Bila pun keburukan telah terjadi, ikuti keburukan dengan kebaikan, maka keburukan akan tersingkir.
π± Tidak berputus asa dari Rahmat Allah SWT
Biarkan anak kita *menjalani ujian keimanan*, jangan disembunyikan > diatas *realita* yang alami, kita didik generasi *islami* > karakteristik pendidikan bukan sterilisasi tapi *imunisasi*
_Dirangkum oleh Artri dari Kopdar Akbar HEbAT, mesjid Salman, 1 April 2017_
_Narasumber : Ustadz Adriano Rusfi_
Berbagai permasalahan dalam pengasuhan :
❕Mengedepankan takut daripada cinta
❕Kurang berani untuk tega pada anak
Apabila cinta kepada Allah lebih besar daripada cinta kepada anak, maka orangtua akan menjadi raja tega, sebagai bentuk tawakal kpd Allah SWT. Siapa yg lebih jago menjaga anak kita? Penciptanya atau ortunya? Tentunya setelah kita berikhtiar (membekali anak kita) dan berdoa, serahkan semuanya kpd Allah SWT.
Pendidikan iman lebih dahulu daripada pendidikan syariah. Pendidikan iman bisa dimulai dari dalam kandungan sedangkan pendidikan syariah dimulai dari usia 7 tahun. Pendidikan iman lebih mudah dari sedini mungkin, anak di bawah 7 tahun masih berfikir fantasi/abstrak shg lebih mudah menerima penjelasan hal2 yg ghaib, sedangkan anak di atas 7 tahun sudah berfikir konkrit logika, sehingga ada argumentasi dlm menjelaskan sesuatu.
Mengukur syariah memang tampak lebih mudah, dgn melihat pelaksanaan ibadah. Bagaimana mengukur iman? Dlm AlQuran dijelaskan, yaitu orang-orang yang bila dibacakan nama Allah bergetar hatinya. Iman tidak bisa diukur secara empirik. Didiklah anak-anak kita menjadi seorang pemimpi-pemimpi surga.
Bilal ra "hanyalah" seorang mu'adzdzin, tapi ia adalah penghuni surga. Yang pasti, kualitas surga Bilal ra tak mungkin kalah daripada surga AlFatih.
Seorang shahabat ra dijamin surganya oleh Rasulullah SAW, "hanya" karena dadanya bersih dari buruk sangka.
Mungkin kelak ada anak kita yang "hanya" menjadi pemberi minum hewan yang kehausan. Tapi itulah jalan surganya.
Maka, biarlah anak-anak kita menjadi Bilal, Ammar, Mus'ab, AlFatih, Asy-Syafi'i dsb, jika itu berakhir di surga
*Mengapa mengedepankan cinta daripada takut* :
π Karena cinta adalah keimanan tertinggi
π Karena cinta akan membuahkan cinta
π Karena cinta akan melahirkan harap-harap takut
*Kenapa gagal mencintai* :
π Menggegas ketaatan anak (dengan menakuti)
π Gagal paham nama-nama Allah (Asmaul Husna ada 99, yang semuanya terangkum dlm Arrahman Arrahiim)
π Gagal paham iradatullah (kehendak Allah)
π Sistematika yang dibolak balik
π Tata Krama mendahului aksi. Beramal dulu baru bicara fadhilah amal
π Pengagungan mendahului pendekatan
*Membangun mahabbatullah* :
π± Menjadi ayah bunda yang bersyukur
π± Menanamkan terutama dua nama Allah Arrahman Arrahiim
π± Ayah bunda menjadi teladan
π± Berbaik sangka dan optimis pada Allah SWT
π± Permudah jangan persulit
π± Kasih khabar gembira, jangan ketakutan
π± Segalanya boleh, kecuali yg dilarang (agama).
Kebaikan akan menyingkirkan keburukan. Bila pun keburukan telah terjadi, ikuti keburukan dengan kebaikan, maka keburukan akan tersingkir.
π± Tidak berputus asa dari Rahmat Allah SWT
Biarkan anak kita *menjalani ujian keimanan*, jangan disembunyikan > diatas *realita* yang alami, kita didik generasi *islami* > karakteristik pendidikan bukan sterilisasi tapi *imunisasi*
_Dirangkum oleh Artri dari Kopdar Akbar HEbAT, mesjid Salman, 1 April 2017_
Comments
Post a Comment