Mana yang lebih dahulu, ilmu dan adab?
Kejadian lucu, setelah saya merenunginya, terjadi ketika kala itu usia saya 7 atau 8 tahun. Waktu itu entah karena apa saya lupa persisnya, bapak saya marah dan berkata ke saya,"Kamu gak takut sama orang tua?!" Dengan lugunya spontan saya menjawab,"Gak, aku takutnya sama Allah..." Mendengar itu bapak saya malah bertambah besar amarahnya dan kaki saya pun kena sabetan sapu lidi penebah kasur...
Kejadian itu tak pernah saya lupakan. Karena setelah itu, saya yang kecil itu jadi berpikir, apa yang salah? Bener kan takut itu sama Allah.
Di mana saya belajar bahwa takut itu hanya sama Allah? Saya ketika SD sekolah di sekolah Islam ternama. Jaman itu belum ada SD Islam terpadu. Saya belajar sedikit tentang Islam, doa-doa dan tata cara ibadah dari sana. Saya belajar ilmunya di sana...
Kejadian lucu yang lain lagi. Suatu ketika saya melihat seorang anak usia 6 tahun menangis keras sambil berjalan dengan tangannya dipegangi oleh bapaknya. Dengan suara tangisnya si anak protes dengan menyebut-nyebut nama Allah. Setelah saya coba dengarkan dengan seksama, anak itu bilang,"aku sedang puasa. Nanti kalo aku batal puasa, bapak yang dimarah Allah. Nanti Allah marah...." Begitu kira-kira. Ternyata anak itu marah karena tidak diijinkan beli mainan. Saya geli sendiri mendengar ucapan anak kecil itu. Dia pintar pakai dalil. Dari mana dia belajar? Dia sekolah di SD Islam Terpadu.
Ada yang salah dengan kedua anak kecil di atas? Tidak... Ilmu yang mereka dapatkan sudah diserap sempurna. Justru yang perlu diperhatikan adalah apakah yang diserap itu akan keluar dengan bentukan yang sempurna pula?
Guru di sekolah tidak akan mampu memperhatikan sejauh apa nilai-nilai dalam bentuk ilmu diterapkan dengan baik dan benar oleh anak. Tugas guru hanya mentransfer ilmu. Tugas murid mencatat ilmu. Bagaimana spirit penerapannya? Orang tua dan keluarga sebagai orang terdekat yang bertanggungjawab mendampinginya.
Adab merupakan buah dari ilmu yang diterima. Karena ilmu adalah pemahaman dan adab adalah perbuatan.
Sebagai contoh, kita sampaikan ke anak untuk menjaga dan menghormati orang tua sampai mereka sudah tiada. Apa dasar ilmunya? Allah yang memerintahkannya. Ada tata caranya. Bagaimana perbuatannya? Hal ini yang memerlukan orang-orang yang mendampingi dan memberi contoh.
Berbeda apabila anak tidak diberi ilmu mengenai wajibnya hormat kepada orang tua. Seperti yang terjadi di dunia barat. Hubungan orang tua dan anak sebatas hubungan kebutuhan. Apabila sudah tidak saling membutuhkan, putuslah hubungan antar mereka.
Imam Syafii menyampaikan,"Ilmu bukanlah diukur dengan apa yang telah dihafal oleh seseorang, tetapi diukur dengan apa yang bermanfaat bagi dirinya."
Isa bin Hammad memberi nasihat kepada pelajar hadits,"Pelajarilah kelembutan hati dan kerendahan jiwa sebelum kalian belajar ilmu."
Betapa para ulama terdahulu melihat banyaknya pencari ilmu yang ketika bertambah ilmu mereka justru membawa mereka menjadi jumawa. Sehingga belajar dari itu semua, para ulama rahimahumullah kembali mengingatkan adab bagi orang-orang yang berilmu.
Lalu apakah adab dahulu atau ilmu dahulu? Ini ibarat menanyakan manakah yang lebih dahulu, ayam atau telur?
Ilmu dan adab selalu berkelindan, ilmu sumbernya adab, adab buahnya ilmu.
Ilmu tanpa adab akan merusak
Adab tanpa ilmu semu belaka
Sebagaimana sabda Rasul sholaLlahu 'alayhi wa salam, “Sesungguhnya aku diutus tidak lain hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." Maka mendefinisikan akhlak yang mulia perlu ada ilmunya.
Maka Syaikhul Islam Ibnul Qayyim Al Jauziyyah mencontohkan adab seorang berilmu. Beliau berkata, “Rasa hormat saya kepada guru saya, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, tidak mengurangi kewajiban saya untuk tetap bersikap kritis terhadap fatwa dan pendapat beliau.”
Orang tua punya kewajiban penuh dalam penerapan dan pengarahan adab anak. Maka kewajiban orang tua juga menjaga adab-adab kehidupannya bersama anak-anak.
Orang tua tidak harus menjadi pribadi sempurna di hadapan anak. Jadilah pribadi pembelajar, yang bernas namun rendah hati.
Seperti Ibrahim bersama Ismail
Seperti Daud dan Sulaiman
Allahu a'lam
@wulansaroso
Kejadian lucu, setelah saya merenunginya, terjadi ketika kala itu usia saya 7 atau 8 tahun. Waktu itu entah karena apa saya lupa persisnya, bapak saya marah dan berkata ke saya,"Kamu gak takut sama orang tua?!" Dengan lugunya spontan saya menjawab,"Gak, aku takutnya sama Allah..." Mendengar itu bapak saya malah bertambah besar amarahnya dan kaki saya pun kena sabetan sapu lidi penebah kasur...
Kejadian itu tak pernah saya lupakan. Karena setelah itu, saya yang kecil itu jadi berpikir, apa yang salah? Bener kan takut itu sama Allah.
Di mana saya belajar bahwa takut itu hanya sama Allah? Saya ketika SD sekolah di sekolah Islam ternama. Jaman itu belum ada SD Islam terpadu. Saya belajar sedikit tentang Islam, doa-doa dan tata cara ibadah dari sana. Saya belajar ilmunya di sana...
Kejadian lucu yang lain lagi. Suatu ketika saya melihat seorang anak usia 6 tahun menangis keras sambil berjalan dengan tangannya dipegangi oleh bapaknya. Dengan suara tangisnya si anak protes dengan menyebut-nyebut nama Allah. Setelah saya coba dengarkan dengan seksama, anak itu bilang,"aku sedang puasa. Nanti kalo aku batal puasa, bapak yang dimarah Allah. Nanti Allah marah...." Begitu kira-kira. Ternyata anak itu marah karena tidak diijinkan beli mainan. Saya geli sendiri mendengar ucapan anak kecil itu. Dia pintar pakai dalil. Dari mana dia belajar? Dia sekolah di SD Islam Terpadu.
Ada yang salah dengan kedua anak kecil di atas? Tidak... Ilmu yang mereka dapatkan sudah diserap sempurna. Justru yang perlu diperhatikan adalah apakah yang diserap itu akan keluar dengan bentukan yang sempurna pula?
Guru di sekolah tidak akan mampu memperhatikan sejauh apa nilai-nilai dalam bentuk ilmu diterapkan dengan baik dan benar oleh anak. Tugas guru hanya mentransfer ilmu. Tugas murid mencatat ilmu. Bagaimana spirit penerapannya? Orang tua dan keluarga sebagai orang terdekat yang bertanggungjawab mendampinginya.
Adab merupakan buah dari ilmu yang diterima. Karena ilmu adalah pemahaman dan adab adalah perbuatan.
Sebagai contoh, kita sampaikan ke anak untuk menjaga dan menghormati orang tua sampai mereka sudah tiada. Apa dasar ilmunya? Allah yang memerintahkannya. Ada tata caranya. Bagaimana perbuatannya? Hal ini yang memerlukan orang-orang yang mendampingi dan memberi contoh.
Berbeda apabila anak tidak diberi ilmu mengenai wajibnya hormat kepada orang tua. Seperti yang terjadi di dunia barat. Hubungan orang tua dan anak sebatas hubungan kebutuhan. Apabila sudah tidak saling membutuhkan, putuslah hubungan antar mereka.
Imam Syafii menyampaikan,"Ilmu bukanlah diukur dengan apa yang telah dihafal oleh seseorang, tetapi diukur dengan apa yang bermanfaat bagi dirinya."
Isa bin Hammad memberi nasihat kepada pelajar hadits,"Pelajarilah kelembutan hati dan kerendahan jiwa sebelum kalian belajar ilmu."
Betapa para ulama terdahulu melihat banyaknya pencari ilmu yang ketika bertambah ilmu mereka justru membawa mereka menjadi jumawa. Sehingga belajar dari itu semua, para ulama rahimahumullah kembali mengingatkan adab bagi orang-orang yang berilmu.
Lalu apakah adab dahulu atau ilmu dahulu? Ini ibarat menanyakan manakah yang lebih dahulu, ayam atau telur?
Ilmu dan adab selalu berkelindan, ilmu sumbernya adab, adab buahnya ilmu.
Ilmu tanpa adab akan merusak
Adab tanpa ilmu semu belaka
Sebagaimana sabda Rasul sholaLlahu 'alayhi wa salam, “Sesungguhnya aku diutus tidak lain hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." Maka mendefinisikan akhlak yang mulia perlu ada ilmunya.
Maka Syaikhul Islam Ibnul Qayyim Al Jauziyyah mencontohkan adab seorang berilmu. Beliau berkata, “Rasa hormat saya kepada guru saya, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, tidak mengurangi kewajiban saya untuk tetap bersikap kritis terhadap fatwa dan pendapat beliau.”
Orang tua punya kewajiban penuh dalam penerapan dan pengarahan adab anak. Maka kewajiban orang tua juga menjaga adab-adab kehidupannya bersama anak-anak.
Orang tua tidak harus menjadi pribadi sempurna di hadapan anak. Jadilah pribadi pembelajar, yang bernas namun rendah hati.
Seperti Ibrahim bersama Ismail
Seperti Daud dan Sulaiman
Allahu a'lam
@wulansaroso
Comments
Post a Comment