Memulai HS Sejak Anak Level SD
Mengapa?
1. Terhitung mulai HS di usia 6 tahun
2. Di usia ini, anak belum dituntut untuk menguasai banyak kemampuan kognitif. Sehingga beban pembelajaran yang menuntut kemampuan kognitif tidak membebani kurikulum.
3. Kurikulum bisa dibagi 3 kondisi, yaitu penguatan
a. Aspek Psikomotorik
b. Aspek Afektif
c. Aspek Kognitif
4. Pada usia peralihan dari balita, yaitu usia 6-7 tahun, porsi kurikulum lebih banyak di aspek psikomotorik dan afektif.
a. Contoh Psikomotorik :
i. Permainan susun balok, kapla, puzzle, lego dll
ii. Olah tubuh lompat, lari, renang, mengatur keseimbangan, menari, menyanyi dll
iii. Menulis, melukis, mewarnai dll
iv. Origami, membuat bangun kertas 3 dimensi dll
b. Contoh Afektif :
i. Penguatan pelaksanaan sholat lebih intensif dari sebelumnya sebagai langkah pembiasaan saat menginjak usia 7 tahun.
ii. Pengenalan Allah dan RasulNya melalui amalan harian seperti memulai kegiatan dengan basmalah, doa setelah sholat, hamdalah setelah makan dll
iii. Penguatan pemahaman aurat tubuh
iv. Menghargai makanan
v. Menceritakan siroh Rasul saw, kisah salafushsholeh, kisah orang baik dll
vi. Bila anak sudah berminat membaca, sediakan bacaan yang baik dengan kualitas huruf yang layak untuk anak.
5. Pada usia 7-10 tahun, porsi kurikulum bertambah pada aspek kognitif.
a. Contoh Psikomotorik :
i. Bisa melanjutkan kurikulum sebelumnya
ii. Tingkat kesulitan bisa ditambah sesuai kemampuan anak.
b. Contoh Afektif :
i. Bisa melanjutkan kurikulum sebelumnya
ii. Beban ibadah ditambah, seperti puasa, tilawah Al Quran
iii. Pada fase ini anak mulai bersosialisasi lebih luas, kenalkan dengan adab pergaulan dan silaturahim
iv. Pendidikan seksual
c. Contoh Kognitif :
i. Matematika dasar
ii. Sains dasar
iii. Bahasa ibu dan bahasa asing
iv. Menghafal surat pendek al Quran, hadits pendek dan doa-doa
v. Membaca dengan tingkat kesulitan lebih tinggi sesuai kemampuan anak
vi. Menulis kalimat sendiri
vii. Mengenal teknologi seperti komputer
6. Pada usia 10-12 tahun, anak sudah bisa dibebankan porsi aspek kognitif lebih banyak.
a. Aspek Kognitif :
i. Matematika dasar lebih tinggi
ii. Bahasa asing
iii. Sains lanjutan
iv. Menghafal al Quran tingkat lebih tinggi
v. Menghafal hadits lebih banyak
vi. Membaca lebih rumit
vii. Menulis lebih banyak
viii. Teknologi sebagai penunjang belajar
b. Aspek Afektif :
i. Pemantauan aplikasi pengenalan dan pemahaman Islam
ii. Adab keseharian
iii. Pendidikan seksual
c. Aspek Psikomotorik :
i. Bisa melanjutkan kurikulum sebelumnya
ii. Pemantauan kerapian dalam keseharian baik fisik dan manajemen
7. Kurikulum yang dibuat sendiri untuk homeschool akan sangat berbeda dengan kurikulum sekolah formal. Apabila anak sempat mengenyam sekolah formal, perlu masa adaptasi untuk menyesuaikan pola yang berbeda. Karena itu sebaiknya bila ingin memulai Homeschool, sebaiknya anak belum pernah mengenyam sekolah formal.
8. Kemampuan tiap anak berbeda. Dalam proses menjalankan kurikulum beberapa hal yang perlu diperhatikan :
a. Materi pembelajaran dasar seperti tambah kurang kali bagi, membaca, wajib dikuasai oleh semua anak dengan masa pencapaian yang berbeda. Bila ada yang sudah menguasai lebih dahulu, bisa ditambah dengan kemampuan lebih dalam. Bila belum tercapai, proses dilakukan berulang-ulang hingga sang anak menguasainya.
b. Hindari membandingkan satu anak dengan anak yang lain.
c. Proses pembelajaran formal dalam sehari sebaiknya maksimal 4 jam. Selama 5 hari. Di luar waktu tersebut, anak bebas beraktivitas.
9. Interaksi harmonis dan penguatan peran serta setiap anggota keluarga adalah pondasi terkuat dalam menjalankan homeschool terutama di fase awal.
10. Selamat berjuang....
Salam
@wulansaroso
Mengapa?
1. Terhitung mulai HS di usia 6 tahun
2. Di usia ini, anak belum dituntut untuk menguasai banyak kemampuan kognitif. Sehingga beban pembelajaran yang menuntut kemampuan kognitif tidak membebani kurikulum.
3. Kurikulum bisa dibagi 3 kondisi, yaitu penguatan
a. Aspek Psikomotorik
b. Aspek Afektif
c. Aspek Kognitif
4. Pada usia peralihan dari balita, yaitu usia 6-7 tahun, porsi kurikulum lebih banyak di aspek psikomotorik dan afektif.
a. Contoh Psikomotorik :
i. Permainan susun balok, kapla, puzzle, lego dll
ii. Olah tubuh lompat, lari, renang, mengatur keseimbangan, menari, menyanyi dll
iii. Menulis, melukis, mewarnai dll
iv. Origami, membuat bangun kertas 3 dimensi dll
b. Contoh Afektif :
i. Penguatan pelaksanaan sholat lebih intensif dari sebelumnya sebagai langkah pembiasaan saat menginjak usia 7 tahun.
ii. Pengenalan Allah dan RasulNya melalui amalan harian seperti memulai kegiatan dengan basmalah, doa setelah sholat, hamdalah setelah makan dll
iii. Penguatan pemahaman aurat tubuh
iv. Menghargai makanan
v. Menceritakan siroh Rasul saw, kisah salafushsholeh, kisah orang baik dll
vi. Bila anak sudah berminat membaca, sediakan bacaan yang baik dengan kualitas huruf yang layak untuk anak.
5. Pada usia 7-10 tahun, porsi kurikulum bertambah pada aspek kognitif.
a. Contoh Psikomotorik :
i. Bisa melanjutkan kurikulum sebelumnya
ii. Tingkat kesulitan bisa ditambah sesuai kemampuan anak.
b. Contoh Afektif :
i. Bisa melanjutkan kurikulum sebelumnya
ii. Beban ibadah ditambah, seperti puasa, tilawah Al Quran
iii. Pada fase ini anak mulai bersosialisasi lebih luas, kenalkan dengan adab pergaulan dan silaturahim
iv. Pendidikan seksual
c. Contoh Kognitif :
i. Matematika dasar
ii. Sains dasar
iii. Bahasa ibu dan bahasa asing
iv. Menghafal surat pendek al Quran, hadits pendek dan doa-doa
v. Membaca dengan tingkat kesulitan lebih tinggi sesuai kemampuan anak
vi. Menulis kalimat sendiri
vii. Mengenal teknologi seperti komputer
6. Pada usia 10-12 tahun, anak sudah bisa dibebankan porsi aspek kognitif lebih banyak.
a. Aspek Kognitif :
i. Matematika dasar lebih tinggi
ii. Bahasa asing
iii. Sains lanjutan
iv. Menghafal al Quran tingkat lebih tinggi
v. Menghafal hadits lebih banyak
vi. Membaca lebih rumit
vii. Menulis lebih banyak
viii. Teknologi sebagai penunjang belajar
b. Aspek Afektif :
i. Pemantauan aplikasi pengenalan dan pemahaman Islam
ii. Adab keseharian
iii. Pendidikan seksual
c. Aspek Psikomotorik :
i. Bisa melanjutkan kurikulum sebelumnya
ii. Pemantauan kerapian dalam keseharian baik fisik dan manajemen
7. Kurikulum yang dibuat sendiri untuk homeschool akan sangat berbeda dengan kurikulum sekolah formal. Apabila anak sempat mengenyam sekolah formal, perlu masa adaptasi untuk menyesuaikan pola yang berbeda. Karena itu sebaiknya bila ingin memulai Homeschool, sebaiknya anak belum pernah mengenyam sekolah formal.
8. Kemampuan tiap anak berbeda. Dalam proses menjalankan kurikulum beberapa hal yang perlu diperhatikan :
a. Materi pembelajaran dasar seperti tambah kurang kali bagi, membaca, wajib dikuasai oleh semua anak dengan masa pencapaian yang berbeda. Bila ada yang sudah menguasai lebih dahulu, bisa ditambah dengan kemampuan lebih dalam. Bila belum tercapai, proses dilakukan berulang-ulang hingga sang anak menguasainya.
b. Hindari membandingkan satu anak dengan anak yang lain.
c. Proses pembelajaran formal dalam sehari sebaiknya maksimal 4 jam. Selama 5 hari. Di luar waktu tersebut, anak bebas beraktivitas.
9. Interaksi harmonis dan penguatan peran serta setiap anggota keluarga adalah pondasi terkuat dalam menjalankan homeschool terutama di fase awal.
10. Selamat berjuang....
Salam
@wulansaroso
Comments
Post a Comment