Review 1 :Membangkitkan Fitrah Seksualitas Anak

Perkembangan jaman sekarang banyak memperlihatkan  konsep bahwa gender seseorang tidak menentukan orientasi seksualnya.
Seseorang yang terlahir sebagai wanita tidak serta merta akan punya orientasi seksual pada laki-laki, begitu pun sebaliknya. Sehingga menjadikan pergaulan tidak sesuai dengan visi misi pengasuhan.

Anak anak yang tidak terkuatkan fitrah seksualitasnya, lantas bertemu dengan kondisi yang seperti itu, maka ketika mereka merasa ada yang kurang pada dirinya, mereka mendapat pembenaran bahwa orientasi seksual merekalah yang jadi sumber masalah sekaligus solusinya.

Tantangan gender jaman now

Mendidik Fitrah Seksualitas adalah merawat, membangkitkan dan menumbuhkan fitrah sesuai gendernya, yaitu bagaimana seorang lelaki berfikir, bersikap, bertindak, merasa sebagaimana lelaki Juga bagaimana seorang perempuan berfikir, bersikap, bertindak, merasa sebagai seorang perempuan.




Prinsip 1 : Fitrah Seksualitas memerlukan kehadiran, kedekatan, kelekatan Ayah dan Ibu secara utuh dan seimbang sejak anak lahir sampai usia aqilbaligh (15 tahun)

Prinsip 2 : Ayah berperan memberikan Suplai Maskulinitas dan Ibu berperan memberikan Suplai Femininitas secara seimbang. Anak lelaki memerlukan 75% suplai maskulinitas dan 25% suplai feminitas. Anak perempuan memerlukan suplai femininitas 75% dan suplai maskulinitas 25%.

Prinsip 3 : Mendidik Fitrah seksualitas sehingga tumbuh indah paripurna akan berujung kepada tercapainya Peran Keayahan Sejati bagi anak lelaki dan Peran Keibuan sejati bagi anak perempuan. Buahnya berupa adab mulia kepada pasangan dan anak keturunan.

Dalam perkembangan dimasa sekarang, ada pula yang menganggap bahwa orientasi seksual yang lain dari yang ‘biasa’ (laki-laki kepada perempuan dan sebaliknya) adalah juga merupakan kodrat atau fitrah yang biasa yang harus mendapatkan pengakuan, yang sekarang marak dikenal dengan LGBT.

LGBT jelas adalah penyimpangan fitrah seksualitas, bukan genetik tetapi karena salah pengasuhan atau tidak diagendakan dalam pendidikan atau penularan perilaku lingkungan.

Padahal sudah jelas secara logika bahwa bentuk kelamin wanita dan pria diciptakan berbeda untuk berpasangan dengan tujuan reproduksi menghasilkan keturunan.

Akal sehat juga sulit menerima alasan hormonal dan adanya perilaku homoseksual pada hewan sebagai pembenar. Perilaku menggauli sesama jenis adalah menjijikkan dan menimbulkan rasa bersalah serta aneh dan menyimpang.

Juga bayangkan psikologis kejiwaan anak anak yang lahir dari “sewa rahim” atau “donor sperma” yang digadang gadang pelaku perkawinan sejenis sebagai solusi ketidakproduktifan mereka. Syariah jelas menolak keras, lihatlah sejarah kaum Sodom di masa Nabi Luth AS menjadi pelajaran nyata.

Dalam fitrahnya, sudah tentu peradaban dibangun manusia di muka bumi dengan lahirnya keturunan atau generasi melalui keluarga dari pernikahan laki-laki dan perempuan.

Anak-anak yang mengatakan dirinya Gay sebenarnya hanya melakukan 2 hal, yaitu karena meniru dan ingin tau. Karena otaknya belum bersambungan lalu berkembanglah menjadi bencana yang luar biasa.

perilaku menyimpang yang dilakukan oleh anak-anak kita sebaiknya tidak beralih ke orientasi seksual menyimpang. Tanggung jawab kita para orang tua terutama yang punya anak untuk menumbuhkan fitrah seksualitas

Urgensi Membangkitkan Fitrah Seksualitas Anak

Seberapa penting membangkitkan fitrah seksualitas anak?
Penting, penting banget!
Karena dengan kesadaran yang dimiliki sesuai dengan jenis kelaminnya, akan perperan besar terhadap peradaban.



Solusi Menjaga Fitrah Seksualitas Anak


Untuk dapat melewati tahapan Fitrah Manusia dengan baik, anak perlu melewati fase pengasuhan dengan utuh, apabila tahapan tersebut tidak dilalui dengan baik
maka akan muncul perilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan fitrahnya.
Berikut tahapan pengasuhan anak untuk membangkitkan fitrah seksualitas anak :

✔Usia 0-2 tahun anak laki-laki dan anak perempuan didekatkan pada ibunya karena ada menyusui. Ini tahap membangun kelekatan dan cinta.

✔Usia 3-6 tahun anak laki-laki dan anak perempuan harus dekat dengan ayah ibunya agar memiliki keseimbangan emosional dan rasional apalagi anak sudah harus memastikan identitas seksualnya sejak usia 3 tahun.

✔Ketika usia 7-10 tahun anak laki-laki lebih didekatkan kepada ayah, agar mendapat suplai “kelelakian” atau maskulintas, melalui interaksi aktifitas dengan peran peran sosial kelelakian, misalnya diajak ke masjid, diajak naik gunung, diajak olahraga yang macho. Ayah juga yang harus menjelaskan tentang “mimpi basah” dan fiqh kelelakian, seperti mandi wajib, peran lelaki dalam masyarakat, konsep tanggungjawab aqilbaligh, pokok aqidah dsb.
Begitu pula anak perempuan lebih didekatkan ke ibunya,
agar mendapat suplai “keibuan” atau suplai feminitas, melalui interaksi aktifitas dengan peran peran sejati sosial keperempuanan, misalnya merawat keluarga, memasak, menjahit, menata rumah, menata keuangan dstnya. Bunda juga yang harus menjelaskan tentang “haidh” dan fiqh perempuan, seperti mandi wajib, peran wanita dalam masyarakat, konsep tanggungjawab aqilbaligh, pokok aqidah dsb.

✔Usia 11-14 tahun anak laki-laki didekatkan dengan ibu, agar dapat memahami perempuan dari cara pandang seorang perempuan atau ibunya.
Anak perempuan didekatkan dengan ayah, karena kelak dia akan menjadi istri dari seorang lelaki yang juga menjadi ayah dan imam bagi keluarganya.


✔Usia >15 tahun adalah masa dimana fitrah seksualitas kelelakian matang menjadi fitrah peran keayahan sejati, dan fitrah seksualitas keperempuanan matang menjadi peran keibuan sejati.

Sumber : Harry Santosa, Fitrah Based Education

#fitrahseksualitas
#learningbyteaching
#bundasayangsesi11


Comments